Ancaman kanker leher rahim atau serviks senantiasa mengintai wanita. Waspadai penyebarannya dengan deteksi awal untuk mengurangi risiko penularan dari virus Human Papilloma Virus (HPV).
Satu dari empat kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker paru merupakan kanker yang banyak menjangkiti pria. Sedangkan kanker payudara dan leher rahim (serviks) paling sering diderita wanita. "Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif, antara usia 20 -30 tahun," ujar dokter spesialis kandungan dan kebidanan, Dr Eric Kasmara AMd SpOG pada seminar "Deteksi Dini dan pencegahan Kanker Leher Rahim" di Jakarta, belum lama ini.
Kanker leher rahim yang diderita para wanita disebabkan oleh beberapa faktor. Hubungan seksual yang dilakukan saat usia muda, kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan, merokok, dan kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Yang bertanggung jawab sebagai penyebab dari kanker serviks adalah virus yang bernama HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini termasuk dalam golongan virus DNA yang dapat menginfeksi kulit dan lapisan lendir atau mukrosa. Lapisan tubuh manusia yang banyak terdapat mukrosa salah satunya adalah vagina.
"99,7% kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia," tutur Eric.
Badan Riset Kanker International (The International Agency for Research on Cancer - IARC) menyimpulkan bahwa HPV terbukti berhubungan dengan lebih dari 95% kasus kanker serviks. Pada umumnya, infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, namun infeksi yang berkelanjutan dapat menimbulkan masalah seperti sel serviks abnormal, genital warts atau kutil di alat kelamin, dan kanker serviks.
"HPV mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin, dan setiap perempuan beresiko terkena nfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks," tambah dokter Eric yang juga berpraktek di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta.
Tidak terbatas pada wanita dewasa saja, ternyata HPV bisa tertular pada bayi. Virus HPV bisa ditularkan ke bayi melalui ibunya yang terinfeksi.
"Virus HPV bisa tertelan oleh bayi saat masih di dalam kandungan, dan ketika ia lahir, maka akan mengenai pita suara bayi tersebut, " ungkap Erik.
Bagi wanita yang sudah menikah, deteksi dini dengan pap smear (pap test) adalah tindakan paling tepat. Namun, pemeriksaan itu juga memiliki keterbatsan karena sifatnya yang sangat subyektif.
"Cara pencegahan sekunder penyakit ini salah satunya bisa mlalui skrining atau deteksi dini. Dan deteksi dini bisa dilakukan dengan uji skrining sitologi melalui pap test atau pap smear," tambah dokter Eric.
Test pap smear tidak memakan waktu lama, cuma beberapa menit saja. Pasien yang melakukan tes harus dalam keadaan berbaring atau telentang. kemudian, alat tes yang dinamakan spekulum akan dimasukkan ke dalam liang sanggama pasien.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Ivan Sentosa, tes pap smear merupakan upaya pengambilan cairan dari vagina untuk meneliti apakah terlihat kelainan sel di sekitar leher rahim. "Tes ini bisa dilakukan oleh setiap wanita, walaupun dia sudah tidak produktif lagi," kata Ivan.
Pemberian nama tes pap smear, diambil dari nama seorang dokter bernama Papanicolau. Keunggulannya, harga relatif murah, juga mudah dilaksanakan tenaga ahli. Resiko terkena kanker serviks perempuan yang tidak melakukan tes pap smear lima kali lebih tinggi dibandingkan yang menjalankan tes.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Makin awal mendeteksi penyakit ini, semakin kecil presentase terkena virus HPV. Tes pap smear adalah cara yang mudah dilakukan dalam pendeteksian ini," terang Eric.
(Seputar Indonesia, 1 mei 2008)
Satu dari empat kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker paru merupakan kanker yang banyak menjangkiti pria. Sedangkan kanker payudara dan leher rahim (serviks) paling sering diderita wanita. "Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif, antara usia 20 -30 tahun," ujar dokter spesialis kandungan dan kebidanan, Dr Eric Kasmara AMd SpOG pada seminar "Deteksi Dini dan pencegahan Kanker Leher Rahim" di Jakarta, belum lama ini.
Kanker leher rahim yang diderita para wanita disebabkan oleh beberapa faktor. Hubungan seksual yang dilakukan saat usia muda, kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan, merokok, dan kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Yang bertanggung jawab sebagai penyebab dari kanker serviks adalah virus yang bernama HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini termasuk dalam golongan virus DNA yang dapat menginfeksi kulit dan lapisan lendir atau mukrosa. Lapisan tubuh manusia yang banyak terdapat mukrosa salah satunya adalah vagina.
"99,7% kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia," tutur Eric.
Badan Riset Kanker International (The International Agency for Research on Cancer - IARC) menyimpulkan bahwa HPV terbukti berhubungan dengan lebih dari 95% kasus kanker serviks. Pada umumnya, infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, namun infeksi yang berkelanjutan dapat menimbulkan masalah seperti sel serviks abnormal, genital warts atau kutil di alat kelamin, dan kanker serviks.
"HPV mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin, dan setiap perempuan beresiko terkena nfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks," tambah dokter Eric yang juga berpraktek di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta.
Tidak terbatas pada wanita dewasa saja, ternyata HPV bisa tertular pada bayi. Virus HPV bisa ditularkan ke bayi melalui ibunya yang terinfeksi.
"Virus HPV bisa tertelan oleh bayi saat masih di dalam kandungan, dan ketika ia lahir, maka akan mengenai pita suara bayi tersebut, " ungkap Erik.
Bagi wanita yang sudah menikah, deteksi dini dengan pap smear (pap test) adalah tindakan paling tepat. Namun, pemeriksaan itu juga memiliki keterbatsan karena sifatnya yang sangat subyektif.
"Cara pencegahan sekunder penyakit ini salah satunya bisa mlalui skrining atau deteksi dini. Dan deteksi dini bisa dilakukan dengan uji skrining sitologi melalui pap test atau pap smear," tambah dokter Eric.
Test pap smear tidak memakan waktu lama, cuma beberapa menit saja. Pasien yang melakukan tes harus dalam keadaan berbaring atau telentang. kemudian, alat tes yang dinamakan spekulum akan dimasukkan ke dalam liang sanggama pasien.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Ivan Sentosa, tes pap smear merupakan upaya pengambilan cairan dari vagina untuk meneliti apakah terlihat kelainan sel di sekitar leher rahim. "Tes ini bisa dilakukan oleh setiap wanita, walaupun dia sudah tidak produktif lagi," kata Ivan.
Pemberian nama tes pap smear, diambil dari nama seorang dokter bernama Papanicolau. Keunggulannya, harga relatif murah, juga mudah dilaksanakan tenaga ahli. Resiko terkena kanker serviks perempuan yang tidak melakukan tes pap smear lima kali lebih tinggi dibandingkan yang menjalankan tes.
"Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Makin awal mendeteksi penyakit ini, semakin kecil presentase terkena virus HPV. Tes pap smear adalah cara yang mudah dilakukan dalam pendeteksian ini," terang Eric.
(Seputar Indonesia, 1 mei 2008)
No comments:
Post a Comment