Monday, May 26, 2008

Vitamin C, E Kurangi Penderitaan Anak Asma

Polusi udara yang begitu buruk biasanya sangat mempengaruhi anak yang menderita asma. Itulah sebabnya anak tersebut sebaiknya dianjurkan mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran hijau bervitamin C dan E.

Dikatakan peneliti Meksiko bahwa pengaruh polusi ozon pada anak penderita asma bisa dikurangi dengan memberi makanan yang kaya akan antioksidan vitamin C dan E, sehingga bisa melindungi paru mereka.

"Makanan nampaknya menjadi faktor pendamping penting dalam kesehatan pernafasan anak-anak," kata penulis Dr. Isabelle Romieu dari Institut Nasional Kesehatan Masyarakat di Meksiko.

Penelitian ini diadakan Romieu untuk menentukan apakah suplemen antioksidan bisa melindungi anak-anak penderita asma dari polusi di wilayah metropolitan Mexico City. Sebab pada penelitian sebelumnya diindikasikan bahwa anak-anak di daerah itu mengalami kemunduran dalam fungsi paru dan meningkatnya masalah pernafasan mereka.

Dalam penelitian ini sebanyak 158 anak dilibatkan. Secara acak mereka dibagi dalam dua kelompok. Satu kelompok mendapat suplemen harian berupa vitamin dan kelompok lainnya mendapat pil plasebo tidak aktif. Mereka diamati dari bulan Oktober 1998 sampai April 2000.

Secara keseluruhan, anak-anak yang diteliti memang sudah mendapat vitamin C yang direkomendasi dalam makanan mereka, tetapi mereka belum cukup mendapat vitamin E.

Para peneliti menemukan bahwa suplemen vitamin melindungi kelompok anak-anak itu dari menurunnya aliran pernafasan yang dipaksa, menurunnya sejumlah udara yang dikeluarkan dari paru dalam satu periode tertentu, dan volume pernafasan yang padat, sebuah pengukuran ketahanan aliran udara, yang terlihat di kalangan mereka yang mendapat pil plasebo.

Penemuan ini dilaporkan dalam jurnal American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.

Meskipun penelitian ini melibatkan sekelompok anak yang menderita asma ringan, menengah dan parah, pengaruh suplemen vitamin kebanyakan terlihat pada anak-anak yang menderita asma menengah dan parah, kata laporan tersebut.

Dari sini bisa dikatakan bahwa anak yang menderita asma lebih rentan terpengaruh dampak paparan ozon karena menurunnya pertahanan antioksidan di paru, kata peneliti.

Sebagai kesimpulannya, anak-anak yang sangat terpapar dengan polusi udara membutuhkan asupan yang lebih banyak dari vitamin-vitamin ini untuk melindungi paru mereka sehingga mereka seharusnya mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin C an E, termasuk buahan-buahan asam dan sayur-sayuran hijau.
(dari beberapa sumber)

Saturday, May 10, 2008

TIPS MENGHINDARI KANKER SERVIKS

Lakukan deteksi dini
Jangan biarkan virus HPV menjalar di dalam tubuh anda, segera lakukan deteksi dini setelah menikah.

Jaga Kesehatan vagina
Cuci vagina secara bersih sehingga terhindar dari kuman-kuman yang bisa masuk ke dalamnya.

Obat Antiseptik Khusus Vagina
Di dalam vagina, terdapat bakteri yang dapat menghasilkan asam. Bakteri itu berfungsi membunuh kuman-kuman jahat yang ada di vagina. Jika para wanita terlalu sering menggunakan antiseptik, maka kuman yang menghasilkan asam tadi akan ikut terbunuh.

Gunakan alat kontrasepsi
Penyakit menular seksual bisa terjadi karena melakukan hubungan intim tanpa menggunakan pengaman. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya keputihan pada vagina yang berbau.

Kurangi Penggunaan Pantyliners
Wanita yang terlalu sering menggunakan pantyliners, akan membuat vagina lembab. Jadi gunakan pantyliners pada saat-saat tertentu saja.

Seputar Indonesia, 1 mei 2008

Thursday, May 08, 2008

Kanker Serviks Menghantui Wanita Muda

Informasi yang berkaitan dengan kanker serviks ditengarai belum bisa menjangkau seluruh masyarakat. Padahal, semua wanita beresiko terkena kanker serviks.

Menurut dokter spesialis Ginekologi-Onkologi Konsultan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, DR dr Andrijono SpOG(K), risiko akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia dan menyentuh kehidupan wanita pada saat-saat terpenting dalam hidupnya yaitu antara usia 30 - 50 tahun.

"Justru pada saat para wanita masih aktif bekerja dan bertanggung jawab atas anak atau anggota keluarga lainnya," ujar Andrijono.

Berdasarkan pengalamannya menangani pasien yang mengindap kanker, Andrijono memaparkan bahwa tidak hanya kualitas hidup pasien termasuk psikis, fisik, dan kesehatan seksual. Namun, bagi pihak keluarga yang ikut terbebani. Ditambah lagi dengan faktor biaya pengobatan kanker yang tergolong mahal.

Sebuah penelitian yang dilakukan RS Dr Cipto Mangunkusumo bekerja sama dengan Pemerintah Belanda, menemukan bahwa penyebab kanker paling banyak di Indonesia ialah HPV 16, 18, dan 52. Indetifikasi virus HPV ini dilakukan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Tasikmalaya.

"Sekitar 70 - 80% adalah infeksi HPV 16 dan 18. Serta sekitar 5% merupakan kombinasi dari infeksi HPV 16, 18, dan 52. Jadi mungkin terjadi infeksi yang tidak tunggal," paparnya.

Namun, lanjut Andrijono, sebenarnya virus ini memiliki sifat alami untuk bisa sembuh dengan sendirinya. Sekitar 75% - 90% infeksi virus ini bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya 2% yang berkembang menjadi kanker.

"Dari 100 orang yang terinfeksi, hanya 2 orang yang akan berkembang menjadi kanker. Tapi, kita tidak bisa mengetahui siapa yang akan terkena," ujarnya.

Perjalanan dari infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks sebenarnya memakan waktu yang cukup lama, bisa mencapai 10 - 20 tahun. Sayangnya, proses ini seringkali tidak dirasakan oleh para penderita. Pasalnya, proses infeksi HPV kemudian menjadi prakanker sebagian besar berlangsung tanpa gejala.

"Perkembangan infeksi HPV, mulai lesi derajat rendah ke lesi derajat tinggi yang kita sebut dengan stadium 0, yang artinya belum ada metasasis atau penyebaran karena membran masih kuat menahan," tutur Andrijono.

Pada lesi derajat rendah, mungkin saja akan kembali tergantung daya tahan tubuh. Namun, jika sudah menjadi lesi derajat tinggi, harus segera dilakukan tindakan medis.

"Saya mempunyai seorang pasien yang diketahui prakanker. Saat itu kita sarankan untuk operasi, namun ia tidak bersedia. Tiga tahun kemudian pasien tersebut meninggal dunia." Ujar Andrijono mengenai salah satu pasiennya.
(ririns)

Disadur dari Seputar Indonesia, kamis 1 mei 2008

Tuesday, May 06, 2008

Tangkal Kanker Serviks dengan Deteksi Dini

Ancaman kanker leher rahim atau serviks senantiasa mengintai wanita. Waspadai penyebarannya dengan deteksi awal untuk mengurangi risiko penularan dari virus Human Papilloma Virus (HPV).

Satu dari empat kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker paru merupakan kanker yang banyak menjangkiti pria. Sedangkan kanker payudara dan leher rahim (serviks) paling sering diderita wanita. "Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif, antara usia 20 -30 tahun," ujar dokter spesialis kandungan dan kebidanan, Dr Eric Kasmara AMd SpOG pada seminar "Deteksi Dini dan pencegahan Kanker Leher Rahim" di Jakarta, belum lama ini.

Kanker leher rahim yang diderita para wanita disebabkan oleh beberapa faktor. Hubungan seksual yang dilakukan saat usia muda, kontak seksual dengan berganti-ganti pasangan, merokok, dan kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Yang bertanggung jawab sebagai penyebab dari kanker serviks adalah virus yang bernama HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini termasuk dalam golongan virus DNA yang dapat menginfeksi kulit dan lapisan lendir atau mukrosa. Lapisan tubuh manusia yang banyak terdapat mukrosa salah satunya adalah vagina.

"99,7% kanker serviks disebabkan HPV onkogenik atau penyebab kanker HPV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia," tutur Eric.

Badan Riset Kanker International (The International Agency for Research on Cancer - IARC) menyimpulkan bahwa HPV terbukti berhubungan dengan lebih dari 95% kasus kanker serviks. Pada umumnya, infeksi HPV tidak menimbulkan gejala, namun infeksi yang berkelanjutan dapat menimbulkan masalah seperti sel serviks abnormal, genital warts atau kutil di alat kelamin, dan kanker serviks.

"HPV mudah ditularkan melalui kontak kulit kelamin, dan setiap perempuan beresiko terkena nfeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks," tambah dokter Eric yang juga berpraktek di Rumah Sakit Siloam, Kebon Jeruk, Jakarta.

Tidak terbatas pada wanita dewasa saja, ternyata HPV bisa tertular pada bayi. Virus HPV bisa ditularkan ke bayi melalui ibunya yang terinfeksi.

"Virus HPV bisa tertelan oleh bayi saat masih di dalam kandungan, dan ketika ia lahir, maka akan mengenai pita suara bayi tersebut, " ungkap Erik.

Bagi wanita yang sudah menikah, deteksi dini dengan pap smear (pap test) adalah tindakan paling tepat. Namun, pemeriksaan itu juga memiliki keterbatsan karena sifatnya yang sangat subyektif.

"Cara pencegahan sekunder penyakit ini salah satunya bisa mlalui skrining atau deteksi dini. Dan deteksi dini bisa dilakukan dengan uji skrining sitologi melalui pap test atau pap smear," tambah dokter Eric.

Test pap smear tidak memakan waktu lama, cuma beberapa menit saja. Pasien yang melakukan tes harus dalam keadaan berbaring atau telentang. kemudian, alat tes yang dinamakan spekulum akan dimasukkan ke dalam liang sanggama pasien.

Menurut Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Ivan Sentosa, tes pap smear merupakan upaya pengambilan cairan dari vagina untuk meneliti apakah terlihat kelainan sel di sekitar leher rahim. "Tes ini bisa dilakukan oleh setiap wanita, walaupun dia sudah tidak produktif lagi," kata Ivan.

Pemberian nama tes pap smear, diambil dari nama seorang dokter bernama Papanicolau. Keunggulannya, harga relatif murah, juga mudah dilaksanakan tenaga ahli. Resiko terkena kanker serviks perempuan yang tidak melakukan tes pap smear lima kali lebih tinggi dibandingkan yang menjalankan tes.

"Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Makin awal mendeteksi penyakit ini, semakin kecil presentase terkena virus HPV. Tes pap smear adalah cara yang mudah dilakukan dalam pendeteksian ini," terang Eric.

(Seputar Indonesia, 1 mei 2008)